Social Icons

Pages

Rabu, 22 Oktober 2008

HARI H (Mappabuka)

Alhamdulillah bisa lanjut....

Sejak sudah shalat jum’at, aku masih menyebar beberapa undngan dan aku juga sibuk menelpon temanku yang kutau nomornya untuk datang buka puasa. Dsb Rina,Retno,Nihla,Ziradz, Parawansyah (aku memang sengaja singgah dirumahnya)______aku sempat khawatir Bu Rahmatika yang datang karena aku takut tidak ada tempat untuk ibu-ibu, untungnya Para ji yang datang______. Yuyun katanya tidak mau datang karena tidak punya teman lalu minta saya menghubungi Ica dan Wilda namun keduanya menolak ya karena undangannya dadakan –kan aku baru tau nomor mereka—Saat menjelang b buka sudah datang Para,Rina, Anti,Yuyun dan sepupunya, Retno, Erna ituji. Kami pun cerita-cerita hingga buka.

Setelah shalat maghrib, saya berharap saya bisa lepas dari urusan dapur ternyata 2 sepupuku yang notabene cowok yang banna sudah kerja mengangkat piring kotor dan mengatur piring bersih. Awalnya aku terjun setengah-setengah namun karena mereka semakin giat. Aku pun terpancing untuk Fastabikulkhaerat. Jadilah aku turun total mengatur piring yang begitu banyak.

NIGHT before H

Alhamdulillah Cerita Majene nyambung lagi


Malam Jum'at yang kata orang adalah malam keramat (salah besar) karen seharusnya di malam jum'at itulah kita harus-bersiap-siap menyambung datangnya hari raya mingguan yaitu hari JUMAT. Namun yang terjadi padaku lain lagi. Ummi dan A’ba memutuskan ke Pambusuang untuk mengantarkan uang bulanan nenek sekaligus mengundang beberapa orang Pambusuang untuk hadir di acara Buka Puasa bersama besok. Masita dan Nisa ke Camba, Ipa sibuk main, yang tersisa hanya saya dan Hajir. Hajir sudah janji ketika masuk waktu isya, dia tidak berniat berjamaah dan memilih jaga rumah.

Sebelum masuk waktu isya Caca Allo dan Kak Khaerani (keluarga yang ahli ngurus dapur suatu acara) datang untuk mencampur beberapa bahan yang akan diolah lagi besok. Mereka mulai bertanya dimana pisau, yak arena hanya saya tuan rumah maka saya pun menggeledah dapur, kamr dan kulkas akhirnya ketemu pisaunya. Selanjutnya bawang dsb . Saya hanya bisa bilang “Tania tu’u yau ma’alai” atau “andangi tu’u uissang yau” untung saya sabar jadi hampir semua barang itu saya yang temukan hingga masuk waktu Isya.

Kucari Hajir dan ternyata dia pergi pasar malam. Alhasil mau-tidak mau, setelah shalat isya, saya nd’ tarwih malah membantu 2 orang itu mencari alat dan bahan untuk makanan besok.

False with True

Alhamdulillah posting-posting......


Kesalahan yang sama terulang kembali, aku ya…. Karena aku normal, begitu diajak makan es teler maka akupun langsung mau. Walaupun saya tau kalau uangku sudah benar-benar habis.

Kami berdua mulai jalan ke depan STM. Kami sudah berangkat lebih cepat jadi saya yakin akan mendapat es teler itu. Namun ternyata si penjual itu sudah berkemas karena dagangannya sudah habis. Begitu inginnya Kya makan es teler sampai-sampai dia ngajak ke Al-Markaz untuk nyari es teler. Sudah jalan berdua, naik becak berdua lagi. Saya tau Allah Maha Melihat saya hanya tidak ingin orang yang kukenal tau karena saya takut mereka malah mencontoh dalam hal tersebut. Berangkatlah kami ke Al-markaz dan tiba disana kami cerita-cerita tentang universitas dsb. Kya bilang katanya dia lihat Fahrul dan benar saja Fahrul menegurku. Selesai makan kami langsung pulang karena aku takut terjadi apa-apa jika seorang cewek keluar malam.

Tiba di Asrama , akupun jadi bulan-bulanan ejekan dari beberapa anak lantai 3 sampai makan malam. Untung nd’ banyak pakkaramula yang ikut jadi nd’ terlalu ribut.

Buka Puasa bersama

Alhamdulillah bisa ngepost lagi.

Tulisan ketigaku pagi ini akan menceritakan kesibukanku di Majene.

Jauh-jauh hari sebelum pulang A'ba telah berpesan agar aku membawa pulang Laptop untuk bikin undangan buka puasa namun karena charger hilang, aku serahkan saja sama Masita. Setibanya di Majene aku nd' serta merta mngurus masalah undangan itu nati H-3 baru aku pergi ke rumah temanku untuk mengetik naskah undangan. Walaupun beberapa kali salah akhirnya jadilah satu naskah undangan dan diperbanyak dengan kertas warna hijau.
Besoknya A'ba sendiri yang menulis nama-nama orang yang akan diundang dan H-1 aku dan HAjir pergi menyebar undangan di beberapa tempat. Karena Muhajir masih malu-malu berbicara maka sayaji yang masuk rumah dan mengulang pola perkataan yang sama

"Assalamualaikum, (duduk sejenak) Naperoai tau A'bau lao mappabuka marondong andangsaba' sallanna A'bau Assalamualaikum" pola itu kuulang di beberapa rumah dan ada sedikit struktur yang berubah dengan tipe orang yang berbeda.
Besoknya karena ternyata masih banyak orang yang belum diundang maka akupun berangkat lagi dengan Hajir dan sekali lagi mengulang kata-kata yang sama.

Masih di jalan

Alhamdulillah.

Dalam perjalanan aku mulai membaca pocket Al-Qur'an ku, kadang aku membaca artinya tapi karena aku tidak bawa headset jadi aku tidak bisa dengar mp3 Al-Qur'an

Sepertinya aku lebih banyak tidur dan melihat keluar karena Ibu disampingku tidak banyak mengajakku bicara.

Pas sampai di perwakilan Wonomulyo (35 KM dari Majene) eh bis tua itu macet. Sebenarnya kru telah meminta bantuan warga sekitar untuk mendorong namun kru juga memerintahkan agar semua penumpang turun. Namun tak satupun penumpang bergerak.

Waktu itu ada seorang ibu dengan 4 anaknya akan turun di Pasar Wonomulyo dan mereka hendak naik becak. Namun pintu susah dibuka. Akupun jadi orang yang berusaha untuk membuka pintu hingga akhirnya krunya datang dan membuka pintu.
Saat bis mulai bergerak karena dorongan. pintu kembali di tutup dan ketika bis berhenti beberapa penumpang memintaku unruk membuka pintu. Jadilah aku penjaga pintu yang menutup pintu ketika bis bergerak dan memubukanya kebali ketika bis berhenti. Namun karena kru meminta penumpang untuk turun, maka sayapun turun dan turut membantu orang mendorong walaupun tenaga yang saya hasilkan sangat kecil dibandingkan yang lain. Waktu itu hanya saya penumpang yang turun, mungkin orang lain merasa bukan kelasnya mendorong bis bersejarah seperti ini.

Pulang lagi

Maaf, Lama nd' ngepost

Hari H pun tiba, Aku sengaja memilih bis pagi karena aku tidak ingin melewatkan satupun malam Ramadhan hanya karena alasan safar. Jadilah aku menaiki bis yang selama ini aku calla. Ya bis terburuknya PIPOSS kelas ekonomi jurusan Majene.
Aku kembali menelpon perwakilannya karena aku memutuskan berangkat di Sudiang, penjaganya tidak menjawabnya dengan sopan dan mengundang Hana menceritakan ketidaksopanannya ketika Hana beli tiket.

Hampir jam 9, bis itu baru datang, ternyata kursiku tepat di samping pintu masuk jadi aku tidak perlu melewati lorong yang penuh dengan tas penumpang.

Saat kami tiba di Roti Maros, beberapa ibu mengeluh dan cerewet karena ada satu penumpang yang sangat telat naiknya sementara bis sangat panas. Aku hanya turun untuk berwudhu. Setelah itu bis tua itupun kembali berangkat dan tentunya diawali dengan getaran akibat tarikan gas yang menggetarkan semua kursi penumpang.